A.Pengertian Urban
Urban berarti sesuatu yang bersifat
kekotaan yang secara langsung maupun tidak, terkait dengan urbanisasi
(perpindahan penduduk dari desa ke kota) (Setijowati (Ed), 2010: 101). Fenomena
urban pada hakikatnya terkait erat dengan persoalan tradisi dan modernitas.
Masyarakat urban identik dengan industrialisasi dan konsumsi gaya hidup telah
menyuburkan keberadaan “ anggota masyarakat modern” atau sosialita. Sosialita
dalam artian fenomena gemerlap.
B.Pengertian
Budaya Urban
Budaya
urban ialah wujud dari cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak manusia
urban di tengah konstelasi kehidupan kota masyarakat modern. Cara berpikir,
cara merasa, dan cara bertindak itu menyangkut soal nilai yang dihayati. Nilai
yang dijunjung dalam kehidupan urban adalah pencarian dan pemuasan hasrat
diri.Nilai ini membentuk wujud budaya urban yang menjadi satu dengan
penanda-penanda kehidupan urban. Penanda tersebut antara lain:
1.
lingkungan
ramai dan padat oleh penduduk, aktivitas sosial, pemukiman, ataupun
bangunan-bangunan lainnya. Keramaian dan kepadatan kawasan merepresentasikan
citra elitis. Citra elitis Misalnya
arsitektur yang megah, interior yang mewah, gedung-gedung pencakar
langit, rumah konsep minimalis berarsitektur nan megah. Dilain sisi, dalam
budaya urban juga terdapat kawasan kota pinggiran.
2.
soal
mobilitas. Manusia urban bisa dibaratkan sebagai “manusia pelari”. Grafik
mobilitasnya tinggi. Kehidupan urban menyuguhkan beragam aktifitas yang selalu
menunggu untuk dikerjakan. Wujud budaya urban hadir dalam beragam perangkat
yang memungkinkan seseorang untuk berpindah “ruang dan waktu” dalam sekejap.
3.
soal
gaya hidup. Gaya hidup adalah penanda yang amat mencolok dalam kehidupan urban.
Ia menjadi penentu berada di tingkatan mana seseorang atau bisa jadi disebut
sebagai identitas pengenal dalam strata sosial. Dalam gaya hidup, wujud budaya
urban tampil dalam beragam bentuk. Mulai dari cara berpakaian, produk
belanjaan, gadget yang dipakai, hobi yang dijalani, tongkrongan yang dipilih,
komunitas yang diikuti, dsb. Satu yang
pasti, dalam gaya hidup, wujud budaya urban amat ditentukan oleh kekuatan
kapital pasar.
C.
Kehidupan
Urban
- Masyarakat Urban
Pengertian
masyarakat (society) mengacu pada sekelompok orang yang menempati wilayah tertentu
dan mereka menempati wilayah tertentu dan mereka hidup bersama dalam relatif
lama.Diantara itu mereka saling berkomunikasi, memilki simbol-simbol,
aturan-aturan serta hidup yang menguntrol tindakan anggotanya sehingga terjadi
sebuah sistem. Ketika ditemukan tekteknologi informasi yang berkembang secara
massall, maka teknologi tersebut tela mengubah bentuk masyarakat yang
transparan terhadap perkembangan
informasi, transportasi, serta teknologi sehingga mempengaruhiperadapan manusia
di dunia ini. Masyarakat globalll uitu
juga sebagai sebuah kehidupan yang memungkinkan komunikasi manusia menghasilkan
budaya bersama, menciptakan pasar bersama, melakkukan pertahanan
militerbersama, bahkan menciptakan peperangan dalam skala besar di semua
lini.Masyarakat dipandang lebih penting daripada individu yang memiliki
eksistensinya sendiri, hukum perkembanganya sendiri serta memiliki akar yang
dalam dimasa lampau.Masyarakat dipandang lebih penting daripada individu karena
masyarakatlah yang menghasilkan individu.
Masyarakat terdiri dari sejumlah komponen seperti peran, posisi, hubungan, struktur dan institusi.
Masyarakat terdiri dari sejumlah komponen seperti peran, posisi, hubungan, struktur dan institusi.
Menurut
Soekanto masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Kehidupan keagamaan masyarakat kota tidak sekhusyuk dan sekental kehidupan keagamaan
- Orang-orang kota pada umunya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
- Pembagian kerja warga kota lebih tegas dan punya batas-batas nyata.
- Jalan pikiran rasional pada umumnya dianut oleh masyarakat perkotaan.
- Perubahan-perubahan sosial tampak nyata dikota karena kota pada dasarnya selalu terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Menurut
Purwantini masyarakat urban tergolong masyarakat multietnis karena terdiri dari
berbagai suku, golongan, kelompok, bahkan antarbangsa yang terkumpul dari
berbagai suku, golongan, kelompok, bahkan antarbangsa yang terkumpul disatu
kota utama (metropolis). Penduduk perkotaan memiliki budaya beragama karena masing-masing penduduk memiliki latar
budaya yang berbeda tergantung dari tempat asalnya. Selain itu juga, masyarakat
urban didefinisikan sebagai masyarakat yang berambisi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya (Setijowati (Ed), 2010:94). Karnaji
dan Adam mengungkapkan bahwa ciri-ciri masyarakat urban biasanya penduduknya
berada dalam rentang usia produktif berumur 20-50 tahun, mayoritas masyarakat
urban mempunyai keterbatasan kemampuan yang menyebabkan mereka menekuni
pekerjaan di sektor informal karena ketiadaan pilihan pekerjaan lain yang dapat
mereka masuki dan ini menjadi pilihan relistis bagi para urban, mayoritas
masyarakat pindah ke kota karena alasan ekonomi yang dimotivasi adanya tekanan
kemiskinan dan keinginan untuk mencari sumber penghasilan yang baru yang lebih
menguntungkan, sesama penduduk urban ada kebiasaan tolong menolong yang bukan
saja menjadi konfensi sosial tetapi menjadi budaya yang eksis dikehidupan
mereka.
Masyarakat di indonesia merupakan
mayoritas hasil dari urbanisasi yang tidak terkontrol sebagai dampak dari
godaan industrialisasi dan komersialisasi di perkotaan. Wujud komersialisasi
dapat dilihat dari bentuk-bentuk berbeda.Kita menyaksikan dominasi ekonomi yang
ada dimasyarakat urban.Pendidikan merupakan tempat mengasah, menciptakan
generasi-generasi bangsa yang baik, cerdas guna memajukan bangsa seharusnya
generasi bangsa bebas untuk mendapat haknya berpendidikan tanpa terbengkalai
biaya pendidikan.Tetapi pada kenyataanya, lembaga pendidikan bukan ditujukan
demi menghasilkan keluhuran dan keutamaan peradaban manusia tetapi legih banyak
yang cenderung menjadi biro jasa pelayanan jual beli ilmu.Kemudian dalam hal
keagamaan dikehidupan urban tak lepas dari konsep pasar yaitu ketika tradisi
agama seperti dalam Islam ada bulan Ramadhan yang merupakan bulan suci
menjelang hari raya tetapi pada realitasnya pada saat Ramdhan, agama berubah
menjadi pasar, pasar hiburan.Hal ini terlihat dari berbagai tayangan telivisi,
kemudian saat menjelang pelaksanaan hari raya, agama diperlakkukan sebagai
pesta.Agama telah berubah menjadi pesta yang lengkap dengan segala macam
atribut dan asesoris yang dijual pada saat itu.Kemudian infrastruktur yang
seharusnya berfungsi sebagaimana mestinya menjadi tidak terkendali dengan
adanya peran perut yang mengendalikan seperti contohnya pada pinggir jalan
menjadi deretan toko, pusat penjualan, restoran, rumah makan, dan jasa.Dan
ruang terbuka menjadi lahan spanduk iklan komersial.
- Perempuan dalam kehidupan urban
Penggambaran
perempuan di kehidupan urban.wanita dianggap inferior, wanita dianggap hanya
sebagai pendamping pria untuk selalu melayani kebutuhan pria. Berangkat dari
keadaan diatas, banyak wanita yang menghendaki adanya kesetaraan antara pria
dan wanita, muncullah gerakan emansipasi wanita yang berkembang menjadi gerakan
feminisme, perlahan tapi pasti gerakan ini telah mulai menuai hasilnya, wanita
mulai memiliki kesempatan belajar dan bekerja yang lebih luas, wanita mulai
mendapat tempat dalam dunia kerja, dengan hadirnya wanita dalam dunia kerja,
maka interaksi antara pria dan wanita mengalami pergeseran, dimana kehadiran
wanita yang senantiasa memperhatikan penampilan mereka membawa iklim baru ke
dunia kerja, penampilan menjadi suatu hal yang penting dalam pekerjaan, maka
kemudian pria pun mau tak mau harus mulai memperhatikan penampilan mereka. Hal
seperti ini banyak terjadi di kota-kota metropolitan dimana pekerjaan biasanya
lebih bersifat administratif ketimbang kerja lapangan.Selain itu, dengan adanya
kesempatan kerja yang lebih luas pada wanita, maka banyak wanita yang kemudian
memposisikan diri mereka sebagai pencari nafkah bagi keluarga.
Hal ini menyebabkan banyak pria mengalami krisis identitas karena perannya diambil alih oleh wanita. Sangat berbeda jauh dengan pandangan perempuan urban Perempuan rural yang datang ke kota selalu ditempatkan pada posisi subordinat laki-laki, seringkali masih dimarginalkan dan sering dijadikan sebagi obyek seks, perempuan pasif, tergantung pada pria, didominasi, menerima keputusan yang dibuat oleh pria, emosional dan kurang rasional, dan dianggap sebagai orang yang tidak compatible, less career-oriented dan less knowledge. Hal ini dapat terjadi pada perempuan kampung berasal dari desa yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan dan seringkali mendapat penipuan dari seseorang hingga menjadi pelacur, conntoh lain lagi seperti nasib TKW Indonesia di Malaysia dan Arab Saudi mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya dari atasanya dari penyiksaan hingga pemerkosaan. Penggambaran deskriminasi negatife perempuan rural dilingkungan urban sebagai bidang masalah dan posisi perempuan urban yang kalah baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan yang kedudukanya lebih tinggi daripadanya
Hal ini menyebabkan banyak pria mengalami krisis identitas karena perannya diambil alih oleh wanita. Sangat berbeda jauh dengan pandangan perempuan urban Perempuan rural yang datang ke kota selalu ditempatkan pada posisi subordinat laki-laki, seringkali masih dimarginalkan dan sering dijadikan sebagi obyek seks, perempuan pasif, tergantung pada pria, didominasi, menerima keputusan yang dibuat oleh pria, emosional dan kurang rasional, dan dianggap sebagai orang yang tidak compatible, less career-oriented dan less knowledge. Hal ini dapat terjadi pada perempuan kampung berasal dari desa yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan dan seringkali mendapat penipuan dari seseorang hingga menjadi pelacur, conntoh lain lagi seperti nasib TKW Indonesia di Malaysia dan Arab Saudi mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya dari atasanya dari penyiksaan hingga pemerkosaan. Penggambaran deskriminasi negatife perempuan rural dilingkungan urban sebagai bidang masalah dan posisi perempuan urban yang kalah baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan yang kedudukanya lebih tinggi daripadanya
.
- Laki-laki urban
Salah satu fenomena yang terjadi
dikebanyakan kota-kota atau penduduk masyarakat urban, metroseksual merupakan
gejala perkembangan budaya yang sedang terjadi di negara-negara maju,
metroseksual kini telah menjadi sebuah budaya umum yang terjadi di berbagai
kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,Surabaya, dan juga Yogyakarta.
Bukan hal yang jamak melihat pusat-pusat perawatan kecantikan dipenuhi oleh
kaum pria yang sekedar ingin membersihkan wajah dari jerawat, atau melihat
beberapa pria berpenampilan stylish sedang melakukan pleasure shopping di
pusat-pusat perbelanjaan.Dari fenomena tersebut ternyata terdapat alasan yang
melatar belakangi hal tersebut dan lagi-lagi kehidupan urban tak pernah lepas
dar yang namanya peran pasar.fenomena metroseksual dianggap sebagai sebuah
target pasar yang sangat menggiurkan karena potensi pasarnya yang sangat besar,
dan dari sudut pandang sosial dan budaya.
- Gaya Hidup Masyarakat Urban
Masyarakat urban memiliki gaya
hidup yang terbilang serba gemerlap dan modernitas, industrialisasi, sosialita
dan konsumsi gaya hidup berlebihan. Banyak sisi gelap yang melingkupi dunia
gaya hidup seperti ini akan menimbulkan penyimpangan orientasi gaya hidup.
Seperti halnya jika kita melihat reliatas yang sedang gempar-gemparnya
dibicarakan tahun lalu mengenai fenomena gigolo yang tak lain adalah pekerja
seks laki-laki yang siap melayani perempuan-perempuan kesepian serta tante
girang. Fenomena ini terdeteksi berada di Bali tak hanya kemungkinan di Jakarta
sebagai kota metropolitan bisa jadi ada, kemudian arisan brondong tak jarang
para pemuda yang masih remaja menjadi sasaran ibu-ibu kesepian ditinggal
suaminya kemudian mengadakan arisan dan yang keluar namanya saat arisan dikocok
akan mendapatkan imbalan dapat tidur dengan laki-laki brondong semalaman.
Selain itu gaya hidup lainya adalah pola dan gaya hidup konsumeristis yang
berbiaya tinggi. Kesenjangan sosial antara kaum elite dengan kaum rendahan
membuat orang lebih sering mnggunakan cara-cara yang instan untuk memperoleh
pendapatan materi. Hal ini memang realitas meskipun jarang ter-ekspos secara
langsung dalam gaya hidup masyarakat urban biasanya mengenai dari strata
menegah atas. Sebenarnya dari hal diatas merupakan jenis gaya hidup modernita
tetapi modernitas yang semu yang rapuh karena tidak didukung oleh mentalitas
dan sumberdaya manusia yang mumpuni. Pada umumnya modernitas di Indonesia
sesungguhnya berkembang melalui loncatan kebudayaan sehingga tahapan-tahapan
tertentu yang tidak dilalui secara wajar akan mengakibatkan gaya hidup yang
tidak wajar pula.
- Gaya hidup dibagi menjadi tiga tipe, yakni: melihat konsumerisme sebagai cara atau tahapan tertentu perkembangan kapitalis.
- Hubungan antara penggunaan dan benda dan cara-cara melukiskan status.
- Kreatifitas praktik-praktik konsumen-estetika konsumsi.
- Lingkungan Masyarakat Urban
Pada
permasalahan lingkungan urban seringkali tidak terlalu memperdulikan lingkungan
sekitar dan lebih pada menciptakan kerusakan-kerusakan yang besar terhadap alam
untuk kepentingan individu sebagai contoh pada bisnis. Masyarakat urban yang
datang ke desa dengan tujuan bisnis yang ada hubunganya dengan memanfaatkan
alam seringkali mengambil secara besar-besaran maka secara langsung akan
menimbulkan kerusakan alam, mengeksploitasi secara besar-besaran pada alam
seperti bisnis pertambangan yang ada di Bangka Belitung pengusaha-pengusaha
dari luar pulau mengeruk habis timah yang ada di daerah tersebut hingga
menimbulkan dampak lubang mengangah. Contoh lain adalah membuang sampah sembarangan
ke sungai biasa dilakkukan masyarakat kota pinggiran yang mayoritas strata
menegah kebawah, hal tersebut adalah tingkah laku yang sering dijumpai
dikehidupan masyarakat kota dan berdampak pada kebanjiran, itu merupakan sikap
tidak memperdulikan lingkungan.
- Konsumsi Urban
Pada masyarakat urban seringkali
globalisasi memberikan dampak pergeseran dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri, yang kemudian membentuk konstruksi gaya hidup urban dan memunculkan
konsumerisme..Konsumerisme berfungsi sebagai ideologi (suatu konstruksi
ideologis identitas). Konsumerisme menghasilkan kebutuhan palsu dan membangun
bentuk dari kontrol sosial gaya hidup. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia
modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan
menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri
maupun orang lain. Gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata
krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan
karakteristik suatu kelompok. Tatanan sosial modern seringkali membutuhkan
perlengkapan yang kompleks.Itulah mengapa saat ini banyak disebut bahwa
kebutuhan manusia semakin kompleks. Maka secara tidak langsung jika kebutuhan
manusia semakin kompleks terutama masyarakt urban yang dengan gaya hidup
modernya tentunya akan menjadi konsumerisme pada tingkatan tinggi. Bukti
ditunjukan dengan gedung-gedung serba guna di lingkungan urban yang memudahkan
memenuhi kebutuhannya dalam sekali waktu.Seperti mall yang menjual kebutuhan
rumah tangga dan lainnya.Tatanan sosial ini membentuk gagasan tentang kelas
atas atau elit yang digunakan untuk menunjuk mereka yang memiliki kemampuan
melanggengkan hak-hak istimewa atau privilese mereka melalui ruang dan waktu.
- Teknologi Urban
Dalam
kehidupan urban peran teknologi sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat urban
untuk itu masyarakt urban sangat tergantung dengan listrik dan teknologi.Salah
satunya adalah teknologi dibidang komunikasi. Sejarah komunikasi telah banyak
mengalami perubahan sejak abad ke 18 mengenai kemunculan alat komunikasi cetak
seperti poster, buletin dan surat kabar kemudian seiring bertambah kecerdasan
manusia maka alat komunikasi semakin canggih. Munculnya rangkaian teknologi
elektronik seperti radio, telivisi, internet yang dapat kita jumpai berbagai
kelebihan teknologi internet dalam kehebatan komunikasi melalui jejaring sosial
seperti freindster, Facebook, Tweeter, dan lain sebagainya merupakan jejaring
sosial yang lebih dekat dan populer di kalangan remaja dapat berkomunikasi
melewati dunia maya, seperti chat, videocall.
Kelebihan masih segudang akan
kecanggihan komputer dan internet tersebut mulai jadi perpustakaan dunia,
seperti google membantu mencari dat-data mengenai berbagai pengetahuan yang diinginkan
kemudian internet juga mampu menyimpan dokumen dengan jumlah banyak. Handpone
juga merupakan kehebatan dari teknologi urban kini, dimulai dari telpon rumah
kemudian bertransformasi menjadi handpone genggam yang hanya dapat memanggil
dan menerima telpon serta sms, tetapi perkembangan teknologi terus memperbaiki
menjadi tidak hanya fungsi sebagai telpon biasa tetapi dapat menjadi mesin
pencari di internet sistem wifi, android, BBm kemudian dapat melakkukan
panggilan dengan video call, menjadi HP layar sentuh, sebagai kamera,
handycame,mesin kalkulator, sebagi komputer dari bentuk kecil hingga besar dari
bentu kotak hingga seperti jam tangan dan lain sebagainya.
Kemajuan
teknologi komunikasi menyumbang peran besar di sini.hadir sebagai solusi efektif
dan efisien bagi manusia urban di tengah mobilitas yang tinggi. Kendala soal
jarak, waktu, dan ruang pun menjadi sedemikian relatif.Untuk berinteraksi dan
bersosialisasi, seseorang cukup memiliki satu perangkat komunikasi. Maka, ia
pun akan terhubung dengan siapa saja dan di mana saja. Memang, ada keuntungan
yang diperoleh lewat kemudahan mobilitas dan interaksi sosial tersebut dengan
mempergunakan teknologi jaman sekarang.Namun, ada juga bahaya individualitas
atau autisme sosial ketika seseorang begitu tergantung dengan perangkat
teknologi komunikasi yang dimiliki.
- Arsitek Urban
Masyarakat urban sesungguhnya
terbiri dari multi etnis tentunya akan membawa tradisi dan budayanya ketempat
asalnya. Namun pada era globalisasi seperti saat ini, tradisi dan budaya
tradisional yang berbeda-beda akan dipersatukan menjadi sebuah tradisi atau
budaya urban berupa simbol-soimbol dan nilai-nilai misalnya dipusat kota,
Jakarta terdapat simbol-simbol konkret urban berupa gedung-gedung pencakar
langit, gedung atau bank-bank, gedung kesenian, pusat perkantoran, pusat
perbelanjaan, toserba, tempat ibadah, tempat pariwisata, dan lain-lain. Pada
arsitektur urban untuk golongan menegah atas biasany terkesan adanya citra elit
Misalnya gedung-gedung pencakar langit,
arsitekturnya megah, rumah konsep minimalis berarsitektur nan megah, interior
yang mewah.
Dilain sisi, dalam budaya urban
juga terdapat kawasan kota pinggiran. Tiap kawasan memiliki lokasi yang garis
batasnya jelas.Sebagai contoh, di tiap hunian urban (apartemen, perumahan
mewah), di pusat-pusat perbelanjaan, di deretan perkantoran atau tempat bisnis,
yang menjadi petunjuk garis batasnya adalah hadirnya petugas keamanan (satpam).
Pemisahan antara kawasan yang elit dan kota pinggiran (daerah kumuh). Ada
pertarungan prestise antara kedua golongan.
- Seni dan Sastra Urban
Masyarakat perkotaan atau urban
memiliki kebutuhan-kebutuhan khas dalam setiap aspek kehidupanya termasuk
kebutuhan akan seni dan sastra. Sastra urban bercirikan yaitu mempunyai simbol
urban, nilai urban, gaya hidup kelompok sosial masyarakat menengah dan elite,
perilaku kon-sumtif , sistem patron dan klien. Dalam seni dan sastra urban,
teknologi juga memberikan sentuhan pengaruh bagi perkembangan dan minat
masyarakat urban pada seni dan satra.Penggunaan internet bukan hal baru pada
masyarakat urban.sastra Cyber merupakan salah satu sastra modern yang sedang
menjadi kegemaran masyarakat urban. Sastra Cyber merupakan terobosan terbaru
dari menikmati sastra agar tidak bosan dalam Cyber sastra memanfaatkan
teknologi internet didalamnya yaitu penulis dapat menuliskan ide atau karya
sastra menggunakan fasilitas komputer.Bentuk trobosan puisi siber dan yang
terbaru adalah novel internet 253 yang menggunakan teknik penulisan hiperteks
yang lebih diarahkan sebagai penyampaian tema-tema kehidupan urban dan
diaplikasikan dalam internet. Lebih dari itu , bentuknya juga memperlihatkan
suatu revolusi dan tranformasi yang menjurus kepada fenomena yang baru dengan
sifat-sifat tekstualiti yang tersendiri dan modifikasi tradisi penulisan karya
sastra lebih sostifikated yang sifatnya lebih terbuka, konektif, multilinier,
individual dan interaktif (Setijowati (Ed), 2010:192).
D.Dampak
globalisasi Budaya Urban
Mobilitas
masyarakat urban pada era globalisasi mendorong mobilitas masyarakat yang
tinggi sehingga memberi dampak mobilitas kaum urban yang turut melahirkan
permasalahan perkotaan baru dalam berbagai aspek kehidupan seperti sosial
budaya, ekonomi, kesehatan, lingkungan juga pada aspek lainya.masyarakat yang
tinggal di pinggiran kota atau dari daerah lain untuk datang ke kota guna
mengadu nasib memunculkan banyak konsekuensi pada kota yang menjadi tujuan kaum
urban. Munculnya akulturasi budaya, jumlah penduduk yang meningkat di
waktu-waktu tertentu, kepadatan jalan akibat pengguna kendaraan bermotor yang
melakukan aktivitas, munculnya kantung-kantung kemiskinan dari kaum pendatang,
hingga permasalahan sebaran penyakit menular. Selain itu masalah-masalah disisi
lain adalah stres pada infrastruktur, Pemanasan global seperti pembangkit
Pembangkit Listrik, Pabrik, Kendaraan umumnya menggunakan bahan bakar fosil
(contohnya Minyak bumi Dan batu bara).
Pembakaran
bahan bakar fosil melepaskan gas seperti CO2 Dan N2O.Sampah organik melepaskan
gas metana (CH4). Gas-gas ITU disebut Gas Rumah Kaca (GRK) jika konsumerisme
semakin banyak, pertumbuhan semakin mempersempit bumi kemudian akan terjadi
penumpukan sampah dimana-mana. Mungkin akan merasakan bumi tak senyaman dulu:
panas, polusi, perjalanan makin beresiko karena cuaca Tak tentu, cuaca ekstrim,
kesehatan: polusi, sinar matahari, serta penyakit dengan berbagai jenis yang
lebih mambahayakan karena bernotasi gen, makin sulit karena bencana,
terganggunya suplai pangan, dll, berkurangnya ruang hijau menyebabkan
kebanjiran dimana-man, oksigen semakin sedikit dan akhirnya kesulitan untuk
bernafas serta mepercepat proses kerusakan lapisan bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Gilbert,
Alan dan Gugler J. 2007.Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta:
PT Tiara WacanaYogya.
Setijowati,
Adi dan Kawan-Kawan (Ed). 2010. Sastra dan Budaya Urban dalam Kajian Lintas
Media. Surabaya: Airlangga University Press.
United
nations Humans Setlements Programme. 2004. The State Of World’s Cities2004/2005
Globalization and Urban Culture. London: UN-Habitat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar