Selasa, 25 Maret 2014

BUDAYA SEKOLAH




1.         Konsep Dasar Budaya Sekolah
Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah (school culture) yang kokoh dan tetap eksis. Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleransi dan mampu dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.
Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci (key word) yang perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan.Budaya sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu berada.Budaya sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Menurut Zamroni budaya sekolah ( kultur sekolah ) sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik dari sekolah tersebut. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada.
Selanjutnya, dalam analisis tentang budaya sekolah dikemukakan bahwa untuk mewujudkan budaya sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif perlu ada rekayasa social. Dalam mengembangkan budaya baru sekolah perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah: yaitu level individu dan level organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan perilaku siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada.Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu.Perilaku individu siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin sekolah.
2.       
                Pengertian Budaya Sekolah
·         Menurut pendapat Kennedy (1991) Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di di sekolah, sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan kultur lain sebagai subordinasi.

·               Menurut pendapat Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

·           Menurut pendapat Schein (2010), bahwa budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut.
·           Menurut Pendapat Zamroni ( 2011 ) bahwa budaya sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada.

B.           Karakteristik Budaya Sekolah
Kehidupan selalu berubah.Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami perubahan.Perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan.Pengaruh lingkungan yang kuat adalah di sekolah karena besar waktunya di sekolah.Sekolah memegang peranan penting dan strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup di masyarakat sesuai dengan tuntutan jamannya.
Studi terhadap sekolah-sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh gambaran bahwa mereka mempunyai lima karakteristik umum seperti yang diungkapkan oleh Steven dan Keyle (editor) (1985) sebagai berikut :
  1. Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif
  2. Adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses
  3. Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan
  4. Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan
  5. Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan penilaian keberhasilan kelas 

  •      Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :
1.      Pemahaman tentang budaya sekolah
2.      Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah
3.      Reward and punishment

Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah sebagai berikut:     
1)      Inisiatif individual
2)      Toleransi terhadap tindakan beresiko
3)      Arah
4)      Integrasi
5)      Dukungan dari manajemen
6)      Kontrol
7)      Identitas
8)      Sistem imbalan
9)      Toleransi terhadap konflik
10)  Pola-pola komunikasi.

Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat di ukur yang menjadi ciri budaya sekolah seperti:
  1. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah, komite sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
  2. Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif dan berani mengambil resiko.
  3. Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya.
  4. Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
  5. Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
  6. Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
  7. Sejauh mana para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional.
  8. Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
  9. Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
  10. Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins).
Dari sekian karakteristik yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi dari sikap para personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.

              Unsur-unsur Budaya Sekolah
Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik, karena pandangan sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah.
Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori:
     Unsur  yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
           Unsur yang kasat  mata dapat termenifestasi secara konseptual  meliputi :
  1. Visi,Misi,Tujuan dan Sasaran
  2. Kurikulum
  3. Bahasa Komunikasi
  4. Narasi sekolah dan Narasi tokoh-tokoh
  5. Struktur organisasi
  6. Ritual dan Upacara
  7.  Prosedur belajar mengajar
  8. Peraturan sistem ganjaran/hukuman
  9. Layanan psikologi sosial
  10.  Pola interaksi sekolah dengan orang tua,masyarakat dan yang materil dapat berupa: fasilitas dan peralatan dan tanda kenangan serta pakaian seragam

Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
  1. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung    peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
  1. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
  1. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.

     Peran Budaya Sekolah
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung   interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan,dan juga  norma maupun kebiasaan yang di pegang bersama. Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Masalah yang terjadi saat ini  adalah nilai-nilai yang mana yang seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berbasis mutu itu. Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya.
Djemari (2003) membagi karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni : 
  • Bernilai Strategis
Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua warga sekolah.
  

  •               Memiliki Daya Ungkit
Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh karena dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana yang memadai.

  •        Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu  untuk melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.

               Hal-hal Yang Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan Budaya Sekolah Yang Unggul
Keberadaan budaya sekolah di dalam sebuah sekolah merupakan urat nadi dari segala aktivitas yang dijalankan warga sekolah mulai dari guru, karyawan, siswa dan orang tua. Budaya sekolah yang didesain secara terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya bisa memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sekolah dalam menuju sekolah yang berkualitas.Ada tiga hal yang perlu dikembangkan dalam menciptakan budaya sekolah yang berkualitas, yaitu:
1)      Budaya keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlaqul Karimah)
Bentuk Kegiatan :                                            
Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa bersama, Sholat Berjamaah (bagi yang beragama islam), peringatan hari besar keagamaan, dan kegiatan keagamaan lainnya.

2)      Budaya kerjasama (team work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui kegiatan yang dilakukan bersama.
Bentuk Kegiatan:
MOS, Kunjungan Industri, Parents Day, Baksos, Teman Asuh, Sport And Art, Kunjungan Museum, Pentas Seni, Studi banding, Ekskul, Pelepasan Siswa, Seragam Sekolah, Majalah Sekolah, Potency Mapping, Buku Tahunan, PHBN, (Peringatan hari Besar Nasional), dan PORSENI.

3)      Budaya kepemimpinan (leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dinikepada anak-anak. Bentuk Kegiatan :
Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya Kreatif; Mandiri & bertanggung jawab, Budaya disiplin/TPDS, Ceramah Umum, upacara bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi Kepemimpinan Siswa, LKMS (Latihan Keterampilan manajemen siswa), Disiplin siswa, dan OSIS.






 DAFTAR PUSTAKA



Senin, 10 Maret 2014

Budaya Urban



           
 A.
Pengertian Urban
        Urban berarti sesuatu yang bersifat kekotaan yang secara langsung maupun tidak, terkait dengan urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) (Setijowati (Ed), 2010: 101). Fenomena urban pada hakikatnya terkait erat dengan persoalan tradisi dan modernitas. Masyarakat urban identik dengan industrialisasi dan konsumsi gaya hidup telah menyuburkan keberadaan “ anggota masyarakat modern” atau sosialita. Sosialita dalam artian fenomena gemerlap.
  
  B.Pengertian Budaya Urban
         Budaya urban ialah wujud dari cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak manusia urban di tengah konstelasi kehidupan kota masyarakat modern. Cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak itu menyangkut soal nilai yang dihayati. Nilai yang dijunjung dalam kehidupan urban adalah pencarian dan pemuasan hasrat diri.Nilai ini membentuk wujud budaya urban yang menjadi satu dengan penanda-penanda kehidupan urban. Penanda tersebut antara lain:
1.      lingkungan ramai dan padat oleh penduduk, aktivitas sosial, pemukiman, ataupun bangunan-bangunan lainnya. Keramaian dan kepadatan kawasan merepresentasikan citra elitis. Citra elitis Misalnya  arsitektur yang megah, interior yang mewah, gedung-gedung pencakar langit, rumah konsep minimalis berarsitektur nan megah. Dilain sisi, dalam budaya urban juga terdapat kawasan kota pinggiran.
2.      soal mobilitas. Manusia urban bisa dibaratkan sebagai “manusia pelari”. Grafik mobilitasnya tinggi. Kehidupan urban menyuguhkan beragam aktifitas yang selalu menunggu untuk dikerjakan. Wujud budaya urban hadir dalam beragam perangkat yang memungkinkan seseorang untuk berpindah “ruang dan waktu” dalam sekejap.
3.      soal gaya hidup. Gaya hidup adalah penanda yang amat mencolok dalam kehidupan urban. Ia menjadi penentu berada di tingkatan mana seseorang atau bisa jadi disebut sebagai identitas pengenal dalam strata sosial. Dalam gaya hidup, wujud budaya urban tampil dalam beragam bentuk. Mulai dari cara berpakaian, produk belanjaan, gadget yang dipakai, hobi yang dijalani, tongkrongan yang dipilih, komunitas yang diikuti, dsb.  Satu yang pasti, dalam gaya hidup, wujud budaya urban amat ditentukan oleh kekuatan kapital pasar.

C. Kehidupan Urban
  • Masyarakat Urban
Pengertian masyarakat (society) mengacu pada sekelompok orang yang menempati wilayah tertentu dan mereka menempati wilayah tertentu dan mereka hidup bersama dalam relatif lama.Diantara itu mereka saling berkomunikasi, memilki simbol-simbol, aturan-aturan serta hidup yang menguntrol tindakan anggotanya sehingga terjadi sebuah sistem. Ketika ditemukan tekteknologi informasi yang berkembang secara massall, maka teknologi tersebut tela mengubah bentuk masyarakat yang transparan terhadap  perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi sehingga mempengaruhiperadapan manusia di dunia ini.  Masyarakat globalll uitu juga sebagai sebuah kehidupan yang memungkinkan komunikasi manusia menghasilkan budaya bersama, menciptakan pasar bersama, melakkukan pertahanan militerbersama, bahkan menciptakan peperangan dalam skala besar di semua lini.Masyarakat dipandang lebih penting daripada individu yang memiliki eksistensinya sendiri, hukum perkembanganya sendiri serta memiliki akar yang dalam dimasa lampau.Masyarakat dipandang lebih penting daripada individu karena masyarakatlah yang menghasilkan individu.
Masyarakat terdiri dari sejumlah komponen seperti peran, posisi, hubungan, struktur dan institusi.
Menurut Soekanto masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1.  Kehidupan keagamaan masyarakat kota tidak sekhusyuk dan sekental kehidupan keagamaan 
  2. Orang-orang kota pada umunya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
  3. Pembagian kerja warga kota lebih tegas dan punya batas-batas nyata.
  4. Jalan pikiran rasional pada umumnya dianut oleh masyarakat perkotaan.
  5.   Perubahan-perubahan sosial tampak nyata dikota karena kota pada dasarnya selalu terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
            Menurut Purwantini masyarakat urban tergolong masyarakat multietnis karena terdiri dari berbagai suku, golongan, kelompok, bahkan antarbangsa yang terkumpul dari berbagai suku, golongan, kelompok, bahkan antarbangsa yang terkumpul disatu kota utama (metropolis). Penduduk perkotaan memiliki budaya beragama  karena masing-masing penduduk memiliki latar budaya yang berbeda tergantung dari tempat asalnya. Selain itu juga, masyarakat urban didefinisikan sebagai masyarakat yang berambisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya (Setijowati (Ed), 2010:94). Karnaji dan Adam mengungkapkan bahwa ciri-ciri masyarakat urban biasanya penduduknya berada dalam rentang usia produktif berumur 20-50 tahun, mayoritas masyarakat urban mempunyai keterbatasan kemampuan yang menyebabkan mereka menekuni pekerjaan di sektor informal karena ketiadaan pilihan pekerjaan lain yang dapat mereka masuki dan ini menjadi pilihan relistis bagi para urban, mayoritas masyarakat pindah ke kota karena alasan ekonomi yang dimotivasi adanya tekanan kemiskinan dan keinginan untuk mencari sumber penghasilan yang baru yang lebih menguntungkan, sesama penduduk urban ada kebiasaan tolong menolong yang bukan saja menjadi konfensi sosial tetapi menjadi budaya yang eksis dikehidupan mereka.

            Masyarakat di indonesia merupakan mayoritas hasil dari urbanisasi yang tidak terkontrol sebagai dampak dari godaan industrialisasi dan komersialisasi di perkotaan. Wujud komersialisasi dapat dilihat dari bentuk-bentuk berbeda.Kita menyaksikan dominasi ekonomi yang ada dimasyarakat urban.Pendidikan merupakan tempat mengasah, menciptakan generasi-generasi bangsa yang baik, cerdas guna memajukan bangsa seharusnya generasi bangsa bebas untuk mendapat haknya berpendidikan tanpa terbengkalai biaya pendidikan.Tetapi pada kenyataanya, lembaga pendidikan bukan ditujukan demi menghasilkan keluhuran dan keutamaan peradaban manusia tetapi legih banyak yang cenderung menjadi biro jasa pelayanan jual beli ilmu.Kemudian dalam hal keagamaan dikehidupan urban tak lepas dari konsep pasar yaitu ketika tradisi agama seperti dalam Islam ada bulan Ramadhan yang merupakan bulan suci menjelang hari raya tetapi pada realitasnya pada saat Ramdhan, agama berubah menjadi pasar, pasar hiburan.Hal ini terlihat dari berbagai tayangan telivisi, kemudian saat menjelang pelaksanaan hari raya, agama diperlakkukan sebagai pesta.Agama telah berubah menjadi pesta yang lengkap dengan segala macam atribut dan asesoris yang dijual pada saat itu.Kemudian infrastruktur yang seharusnya berfungsi sebagaimana mestinya menjadi tidak terkendali dengan adanya peran perut yang mengendalikan seperti contohnya pada pinggir jalan menjadi deretan toko, pusat penjualan, restoran, rumah makan, dan jasa.Dan ruang terbuka menjadi lahan spanduk iklan komersial.

  • Perempuan dalam kehidupan urban
Penggambaran perempuan di kehidupan urban.wanita dianggap inferior, wanita dianggap hanya sebagai pendamping pria untuk selalu melayani kebutuhan pria. Berangkat dari keadaan diatas, banyak wanita yang menghendaki adanya kesetaraan antara pria dan wanita, muncullah gerakan emansipasi wanita yang berkembang menjadi gerakan feminisme, perlahan tapi pasti gerakan ini telah mulai menuai hasilnya, wanita mulai memiliki kesempatan belajar dan bekerja yang lebih luas, wanita mulai mendapat tempat dalam dunia kerja, dengan hadirnya wanita dalam dunia kerja, maka interaksi antara pria dan wanita mengalami pergeseran, dimana kehadiran wanita yang senantiasa memperhatikan penampilan mereka membawa iklim baru ke dunia kerja, penampilan menjadi suatu hal yang penting dalam pekerjaan, maka kemudian pria pun mau tak mau harus mulai memperhatikan penampilan mereka. Hal seperti ini banyak terjadi di kota-kota metropolitan dimana pekerjaan biasanya lebih bersifat administratif ketimbang kerja lapangan.Selain itu, dengan adanya kesempatan kerja yang lebih luas pada wanita, maka banyak wanita yang kemudian memposisikan diri mereka sebagai pencari nafkah bagi keluarga.

Hal ini menyebabkan banyak pria mengalami krisis identitas karena perannya diambil alih oleh wanita. Sangat berbeda jauh dengan pandangan perempuan urban Perempuan rural yang datang ke kota selalu ditempatkan pada posisi subordinat laki-laki, seringkali masih dimarginalkan dan sering dijadikan sebagi obyek seks, perempuan pasif, tergantung pada pria, didominasi, menerima keputusan yang dibuat oleh pria, emosional dan kurang rasional, dan dianggap sebagai orang yang tidak compatible, less career-oriented dan less knowledge. Hal ini dapat terjadi pada perempuan kampung berasal dari desa yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan dan seringkali mendapat penipuan dari seseorang hingga menjadi pelacur, conntoh lain lagi seperti nasib TKW Indonesia di Malaysia dan Arab Saudi mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya dari atasanya dari penyiksaan hingga pemerkosaan. Penggambaran deskriminasi negatife perempuan rural dilingkungan urban sebagai bidang masalah dan posisi perempuan urban yang kalah baik oleh kaum laki-laki maupun perempuan yang kedudukanya lebih tinggi daripadanya
.
  •  Laki-laki urban
            Salah satu fenomena yang terjadi dikebanyakan kota-kota atau penduduk masyarakat urban, metroseksual merupakan gejala perkembangan budaya yang sedang terjadi di negara-negara maju, metroseksual kini telah menjadi sebuah budaya umum yang terjadi di berbagai kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,Surabaya, dan juga Yogyakarta. Bukan hal yang jamak melihat pusat-pusat perawatan kecantikan dipenuhi oleh kaum pria yang sekedar ingin membersihkan wajah dari jerawat, atau melihat beberapa pria berpenampilan stylish sedang melakukan pleasure shopping di pusat-pusat perbelanjaan.Dari fenomena tersebut ternyata terdapat alasan yang melatar belakangi hal tersebut dan lagi-lagi kehidupan urban tak pernah lepas dar yang namanya peran pasar.fenomena metroseksual dianggap sebagai sebuah target pasar yang sangat menggiurkan karena potensi pasarnya yang sangat besar, dan dari sudut pandang sosial dan budaya.

  • Gaya Hidup Masyarakat Urban
            Masyarakat urban memiliki gaya hidup yang terbilang serba gemerlap dan modernitas, industrialisasi, sosialita dan konsumsi gaya hidup berlebihan. Banyak sisi gelap yang melingkupi dunia gaya hidup seperti ini akan menimbulkan penyimpangan orientasi gaya hidup. Seperti halnya jika kita melihat reliatas yang sedang gempar-gemparnya dibicarakan tahun lalu mengenai fenomena gigolo yang tak lain adalah pekerja seks laki-laki yang siap melayani perempuan-perempuan kesepian serta tante girang. Fenomena ini terdeteksi berada di Bali tak hanya kemungkinan di Jakarta sebagai kota metropolitan bisa jadi ada, kemudian arisan brondong tak jarang para pemuda yang masih remaja menjadi sasaran ibu-ibu kesepian ditinggal suaminya kemudian mengadakan arisan dan yang keluar namanya saat arisan dikocok akan mendapatkan imbalan dapat tidur dengan laki-laki brondong semalaman. Selain itu gaya hidup lainya adalah pola dan gaya hidup konsumeristis yang berbiaya tinggi. Kesenjangan sosial antara kaum elite dengan kaum rendahan membuat orang lebih sering mnggunakan cara-cara yang instan untuk memperoleh pendapatan materi. Hal ini memang realitas meskipun jarang ter-ekspos secara langsung dalam gaya hidup masyarakat urban biasanya mengenai dari strata menegah atas. Sebenarnya dari hal diatas merupakan jenis gaya hidup modernita tetapi modernitas yang semu yang rapuh karena tidak didukung oleh mentalitas dan sumberdaya manusia yang mumpuni. Pada umumnya modernitas di Indonesia sesungguhnya berkembang melalui loncatan kebudayaan sehingga tahapan-tahapan tertentu yang tidak dilalui secara wajar akan mengakibatkan gaya hidup yang tidak wajar pula.
  1. Gaya hidup dibagi menjadi tiga tipe, yakni:   melihat konsumerisme sebagai cara atau tahapan tertentu   perkembangan kapitalis.
  2.  Hubungan antara penggunaan dan benda dan cara-cara melukiskan status.
  3.   Kreatifitas praktik-praktik konsumen-estetika konsumsi.


  • Lingkungan Masyarakat Urban
Pada permasalahan lingkungan urban seringkali tidak terlalu memperdulikan lingkungan sekitar dan lebih pada menciptakan kerusakan-kerusakan yang besar terhadap alam untuk kepentingan individu sebagai contoh pada bisnis. Masyarakat urban yang datang ke desa dengan tujuan bisnis yang ada hubunganya dengan memanfaatkan alam seringkali mengambil secara besar-besaran maka secara langsung akan menimbulkan kerusakan alam, mengeksploitasi secara besar-besaran pada alam seperti bisnis pertambangan yang ada di Bangka Belitung pengusaha-pengusaha dari luar pulau mengeruk habis timah yang ada di daerah tersebut hingga menimbulkan dampak lubang mengangah. Contoh lain adalah membuang sampah sembarangan ke sungai biasa dilakkukan masyarakat kota pinggiran yang mayoritas strata menegah kebawah, hal tersebut adalah tingkah laku yang sering dijumpai dikehidupan masyarakat kota dan berdampak pada kebanjiran, itu merupakan sikap tidak memperdulikan lingkungan.


  • Konsumsi Urban
            Pada masyarakat urban seringkali globalisasi memberikan dampak pergeseran dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, yang kemudian membentuk konstruksi gaya hidup urban dan memunculkan konsumerisme..Konsumerisme berfungsi sebagai ideologi (suatu konstruksi ideologis identitas). Konsumerisme menghasilkan kebutuhan palsu dan membangun bentuk dari kontrol sosial gaya hidup. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu kelompok. Tatanan sosial modern seringkali membutuhkan perlengkapan yang kompleks.Itulah mengapa saat ini banyak disebut bahwa kebutuhan manusia semakin kompleks. Maka secara tidak langsung jika kebutuhan manusia semakin kompleks terutama masyarakt urban yang dengan gaya hidup modernya tentunya akan menjadi konsumerisme pada tingkatan tinggi. Bukti ditunjukan dengan gedung-gedung serba guna di lingkungan urban yang memudahkan memenuhi kebutuhannya dalam sekali waktu.Seperti mall yang menjual kebutuhan rumah tangga dan lainnya.Tatanan sosial ini membentuk gagasan tentang kelas atas atau elit yang digunakan untuk menunjuk mereka yang memiliki kemampuan melanggengkan hak-hak istimewa atau privilese mereka melalui ruang dan waktu.

  • Teknologi Urban
Dalam kehidupan urban peran teknologi sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat urban untuk itu masyarakt urban sangat tergantung dengan listrik dan teknologi.Salah satunya adalah teknologi dibidang komunikasi. Sejarah komunikasi telah banyak mengalami perubahan sejak abad ke 18 mengenai kemunculan alat komunikasi cetak seperti poster, buletin dan surat kabar kemudian seiring bertambah kecerdasan manusia maka alat komunikasi semakin canggih. Munculnya rangkaian teknologi elektronik seperti radio, telivisi, internet yang dapat kita jumpai berbagai kelebihan teknologi internet dalam kehebatan komunikasi melalui jejaring sosial seperti freindster, Facebook, Tweeter, dan lain sebagainya merupakan jejaring sosial yang lebih dekat dan populer di kalangan remaja dapat berkomunikasi melewati dunia maya, seperti chat, videocall.
             Kelebihan masih segudang akan kecanggihan komputer dan internet tersebut mulai jadi perpustakaan dunia, seperti google membantu mencari dat-data mengenai berbagai pengetahuan yang diinginkan kemudian internet juga mampu menyimpan dokumen dengan jumlah banyak. Handpone juga merupakan kehebatan dari teknologi urban kini, dimulai dari telpon rumah kemudian bertransformasi menjadi handpone genggam yang hanya dapat memanggil dan menerima telpon serta sms, tetapi perkembangan teknologi terus memperbaiki menjadi tidak hanya fungsi sebagai telpon biasa tetapi dapat menjadi mesin pencari di internet sistem wifi, android, BBm kemudian dapat melakkukan panggilan dengan video call, menjadi HP layar sentuh, sebagai kamera, handycame,mesin kalkulator, sebagi komputer dari bentuk kecil hingga besar dari bentu kotak hingga seperti jam tangan dan lain sebagainya.   
Kemajuan teknologi komunikasi menyumbang peran besar di sini.hadir sebagai solusi efektif dan efisien bagi manusia urban di tengah mobilitas yang tinggi. Kendala soal jarak, waktu, dan ruang pun menjadi sedemikian relatif.Untuk berinteraksi dan bersosialisasi, seseorang cukup memiliki satu perangkat komunikasi. Maka, ia pun akan terhubung dengan siapa saja dan di mana saja. Memang, ada keuntungan yang diperoleh lewat kemudahan mobilitas dan interaksi sosial tersebut dengan mempergunakan teknologi jaman sekarang.Namun, ada juga bahaya individualitas atau autisme sosial ketika seseorang begitu tergantung dengan perangkat teknologi komunikasi yang dimiliki.

  •  Arsitek Urban
            Masyarakat urban sesungguhnya terbiri dari multi etnis tentunya akan membawa tradisi dan budayanya ketempat asalnya. Namun pada era globalisasi seperti saat ini, tradisi dan budaya tradisional yang berbeda-beda akan dipersatukan menjadi sebuah tradisi atau budaya urban berupa simbol-soimbol dan nilai-nilai misalnya dipusat kota, Jakarta terdapat simbol-simbol konkret urban berupa gedung-gedung pencakar langit, gedung atau bank-bank, gedung kesenian, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, toserba, tempat ibadah, tempat pariwisata, dan lain-lain. Pada arsitektur urban untuk golongan menegah atas biasany terkesan adanya citra elit Misalnya  gedung-gedung pencakar langit, arsitekturnya megah, rumah konsep minimalis berarsitektur nan megah, interior yang mewah.
            Dilain sisi, dalam budaya urban juga terdapat kawasan kota pinggiran. Tiap kawasan memiliki lokasi yang garis batasnya jelas.Sebagai contoh, di tiap hunian urban (apartemen, perumahan mewah), di pusat-pusat perbelanjaan, di deretan perkantoran atau tempat bisnis, yang menjadi petunjuk garis batasnya adalah hadirnya petugas keamanan (satpam). Pemisahan antara kawasan yang elit dan kota pinggiran (daerah kumuh). Ada pertarungan prestise antara kedua golongan.

  • Seni dan Sastra Urban
            Masyarakat perkotaan atau urban memiliki kebutuhan-kebutuhan khas dalam setiap aspek kehidupanya termasuk kebutuhan akan seni dan sastra. Sastra urban bercirikan yaitu mempunyai simbol urban, nilai urban, gaya hidup kelompok sosial masyarakat menengah dan elite, perilaku kon-sumtif , sistem patron dan klien. Dalam seni dan sastra urban, teknologi juga memberikan sentuhan pengaruh bagi perkembangan dan minat masyarakat urban pada seni dan satra.Penggunaan internet bukan hal baru pada masyarakat urban.sastra Cyber merupakan salah satu sastra modern yang sedang menjadi kegemaran masyarakat urban. Sastra Cyber merupakan terobosan terbaru dari menikmati sastra agar tidak bosan dalam Cyber sastra memanfaatkan teknologi internet didalamnya yaitu penulis dapat menuliskan ide atau karya sastra menggunakan fasilitas komputer.Bentuk trobosan puisi siber dan yang terbaru adalah novel internet 253 yang menggunakan teknik penulisan hiperteks yang lebih diarahkan sebagai penyampaian tema-tema kehidupan urban dan diaplikasikan dalam internet. Lebih dari itu , bentuknya juga memperlihatkan suatu revolusi dan tranformasi yang menjurus kepada fenomena yang baru dengan sifat-sifat tekstualiti yang tersendiri dan modifikasi tradisi penulisan karya sastra lebih sostifikated yang sifatnya lebih terbuka, konektif, multilinier, individual dan interaktif (Setijowati (Ed), 2010:192).


 D.Dampak globalisasi Budaya Urban
Mobilitas masyarakat urban pada era globalisasi mendorong mobilitas masyarakat yang tinggi sehingga memberi dampak mobilitas kaum urban yang turut melahirkan permasalahan perkotaan baru dalam berbagai aspek kehidupan seperti sosial budaya, ekonomi, kesehatan, lingkungan juga pada aspek lainya.masyarakat yang tinggal di pinggiran kota atau dari daerah lain untuk datang ke kota guna mengadu nasib memunculkan banyak konsekuensi pada kota yang menjadi tujuan kaum urban. Munculnya akulturasi budaya, jumlah penduduk yang meningkat di waktu-waktu tertentu, kepadatan jalan akibat pengguna kendaraan bermotor yang melakukan aktivitas, munculnya kantung-kantung kemiskinan dari kaum pendatang, hingga permasalahan sebaran penyakit menular. Selain itu masalah-masalah disisi lain adalah stres pada infrastruktur, Pemanasan global seperti pembangkit Pembangkit Listrik, Pabrik, Kendaraan umumnya menggunakan bahan bakar fosil (contohnya Minyak bumi Dan batu bara).
Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan gas seperti CO2 Dan N2O.Sampah organik melepaskan gas metana (CH4). Gas-gas ITU disebut Gas Rumah Kaca (GRK) jika konsumerisme semakin banyak, pertumbuhan semakin mempersempit bumi kemudian akan terjadi penumpukan sampah dimana-mana. Mungkin akan merasakan bumi tak senyaman dulu: panas, polusi, perjalanan makin beresiko karena cuaca Tak tentu, cuaca ekstrim, kesehatan: polusi, sinar matahari, serta penyakit dengan berbagai jenis yang lebih mambahayakan karena bernotasi gen, makin sulit karena bencana, terganggunya suplai pangan, dll, berkurangnya ruang hijau menyebabkan kebanjiran dimana-man, oksigen semakin sedikit dan akhirnya kesulitan untuk bernafas serta mepercepat proses kerusakan lapisan bumi.

 DAFTAR PUSTAKA
Gilbert, Alan dan Gugler J. 2007.Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta: PT Tiara WacanaYogya.

Setijowati, Adi dan Kawan-Kawan (Ed). 2010. Sastra dan Budaya Urban dalam Kajian Lintas Media. Surabaya: Airlangga University Press.
United nations Humans Setlements Programme. 2004. The State Of World’s Cities2004/2005 Globalization and Urban Culture. London: UN-Habitat