1.
Konsep Dasar
Budaya Sekolah
Salah satu keunikan dan keunggulan
sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah (school culture) yang kokoh dan
tetap eksis. Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah
yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif
terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam
perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu
menjadi teladan, bekerja keras, toleransi dan mampu dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan
sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan IPTEK dan
berlandaskan IMTAQ.
Budaya sekolah (school culture)
merupakan kata kunci (key word) yang perlu mendapat perhatian secara
sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan.Budaya sekolah perlu dibangun
berdasarkan kekuatan karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu
berada.Budaya sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya
harus dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas
sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Menurut Zamroni budaya sekolah (
kultur sekolah ) sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik dari
sekolah tersebut. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang
memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan
berbagai lingkungan yang ada.
Selanjutnya, dalam analisis tentang
budaya sekolah dikemukakan bahwa untuk mewujudkan budaya sekolah yang
akrab-dinamis, dan positif-aktif perlu ada rekayasa social. Dalam mengembangkan
budaya baru sekolah perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah: yaitu level
individu dan level organisasi atau level sekolah. Level individu, merupakan
perilaku siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang
ada.Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku individu.Perilaku
individu siswa sangat terkait dengan prilaku pemimpin sekolah.
2.
Pengertian
Budaya Sekolah
·
Menurut
pendapat Kennedy (1991) Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik
bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu
masyarakat. Jika definisi ini diterapkan di di sekolah, sekolah dapat saja
memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan kultur lain sebagai
subordinasi.
·
Menurut
pendapat Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan
nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.
· Menurut
pendapat Schein (2010), bahwa
budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan atau
pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasi
masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya
diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam memandang,
memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut.
·
Menurut Pendapat Zamroni ( 2011 ) bahwa budaya sekolah adalah merupakan
suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang
diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai
problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi
internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada
anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana
seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi
berbagai situasi dan lingkungan yang ada.
B. Karakteristik
Budaya Sekolah
Kehidupan selalu berubah.Dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami perubahan.Perubahan-perubahan itu
dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan.Pengaruh lingkungan
yang kuat adalah di sekolah karena besar waktunya di sekolah.Sekolah memegang
peranan penting dan strategis dalam mengubah, memodifikasi, dan
mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang
berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup di masyarakat sesuai dengan
tuntutan jamannya.
Studi terhadap sekolah-sekolah yang
berhasil atau efektif dapat diperoleh gambaran bahwa mereka mempunyai lima
karakteristik umum seperti yang diungkapkan oleh Steven dan Keyle (editor)
(1985) sebagai berikut :
- Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif
- Adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses
- Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan
- Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan
- Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan penilaian keberhasilan kelas
- Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :
1.
Pemahaman tentang budaya sekolah
2.
Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah
3.
Reward and punishment
Menurut Robbins (1994) karakteristik
umum budaya sekolah adalah sebagai berikut:
1)
Inisiatif
individual
2)
Toleransi
terhadap tindakan beresiko
3)
Arah
4)
Integrasi
5)
Dukungan dari
manajemen
6)
Kontrol
7)
Identitas
8)
Sistem
imbalan
9)
Toleransi
terhadap konflik
10) Pola-pola
komunikasi.
Dalam lingkup tatanan dan pola yang
menjadi karakteristik sebuah sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat di
ukur yang menjadi ciri budaya sekolah seperti:
- Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil sekolah, komite sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
- Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif, inovatif dan berani mengambil resiko.
- Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan upaya mewujudkannya.
- Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
- Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
- Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
- Sejauh mana para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional.
- Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
- Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
- Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins).
Dari sekian karakteristik yang ada,
dapat dikatakan bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi dari sikap para
personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian sekolah yang
ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.
Unsur-unsur
Budaya Sekolah
Bentuk budaya sekolah secara
intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik, karena pandangan
sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasarnya
mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga
sekolah.
Hedley Beare mendeskripsikan
unsur-unsur budaya sekolah dalam dua kategori:
1
Unsur
yang tidak kasat mata
Unsur yang tidak kasat mata adalah
filsafat atau pandangan dasar sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup
atau yang di anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus
dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran yang
lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
2
Unsur yang
kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual meliputi :
- Visi,Misi,Tujuan dan Sasaran
- Kurikulum
- Bahasa Komunikasi
- Narasi sekolah dan Narasi tokoh-tokoh
- Struktur organisasi
- Ritual dan Upacara
- Prosedur belajar mengajar
- Peraturan sistem ganjaran/hukuman
- Layanan psikologi sosial
- Pola interaksi sekolah dengan orang tua,masyarakat dan yang materil dapat berupa: fasilitas dan peralatan dan tanda kenangan serta pakaian seragam
Djemari Mardapi (2003) membagi
unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas
pendidikan sebagai berikut :
- Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan
yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya
kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen
terhadap belajar.
- Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah
kultur yang kontra terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten
terhadap perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut
bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
- Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus
pada satu sisi namun dapat memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga sekolah,
seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
D Peran Budaya
Sekolah
Dalam terminologi kebudayaan,
pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau instansi sekolah dapat
dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung
interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan
suatu sistem nilai atau keyakinan,dan juga norma maupun kebiasaan yang di
pegang bersama. Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Masalah yang
terjadi saat ini adalah nilai-nilai yang mana yang seharusnya
dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berbasis mutu itu.
Dengan demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai
budaya yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan
semua nilai-nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang
berbudaya.
Djemari (2003) membagi
karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi
tiga yakni :
- Bernilai Strategis
Budaya yang dapat berimbas dalam
kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya memberi peluang pada warga sekolah
untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan
milik kolektif bukan milik perorangan, sehingga sekolah dapat dikembangkan dan
dilakukan oleh semua warga sekolah.
- Memiliki Daya Ungkit
Budaya yang memliki daya gerak akan
mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan
semangat belajar siswa akan tumbuh karena dipacu dan di dorong, dengan dukungan
budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat
meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan
proporsi tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat
belajranya, bila mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima,
serta didukung dengan sarana yang memadai.
- Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah
budaya yang memiliki daya ungkit dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini
sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk
melaksanakan tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca
di kalangan siswa akan dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang
berbagai macam persoalan yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian
juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat
pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan
kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.
Hal-hal Yang
Perlu Dikembangkan Dalam Menciptakan Budaya Sekolah Yang Unggul
Keberadaan budaya sekolah di dalam
sebuah sekolah merupakan urat nadi dari segala aktivitas yang dijalankan warga
sekolah mulai dari guru, karyawan, siswa dan orang tua. Budaya sekolah yang
didesain secara terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan kondisi sosial
sekolahnya, pada gilirannya bisa memberikan kontribusi yang positif bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia sekolah dalam menuju sekolah yang
berkualitas.Ada tiga hal yang perlu dikembangkan dalam menciptakan budaya sekolah
yang berkualitas, yaitu:
1)
Budaya keagamaan (religi) :
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis
dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan
sikap yang baik (akhlaqul Karimah)
Bentuk Kegiatan
:
Budaya Salam, Doa sebelum/sesudah belajar, Doa
bersama, Sholat Berjamaah (bagi yang beragama islam), peringatan hari besar
keagamaan, dan kegiatan keagamaan lainnya.
2)
Budaya kerjasama (team work) :
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap
sesama melalui kegiatan yang dilakukan bersama.
Bentuk Kegiatan:
MOS, Kunjungan Industri, Parents Day, Baksos, Teman
Asuh, Sport And Art, Kunjungan Museum, Pentas Seni, Studi banding, Ekskul,
Pelepasan Siswa, Seragam Sekolah, Majalah Sekolah, Potency Mapping, Buku
Tahunan, PHBN, (Peringatan hari Besar Nasional), dan PORSENI.
3)
Budaya kepemimpinan (leadhership) :
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari
sejak dinikepada anak-anak. Bentuk Kegiatan :
Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya Kreatif;
Mandiri & bertanggung jawab, Budaya disiplin/TPDS, Ceramah Umum, upacara
bendera, Olah Raga Jumat Pagi, Studi Kepemimpinan Siswa, LKMS (Latihan
Keterampilan manajemen siswa), Disiplin siswa, dan OSIS.
DAFTAR PUSTAKA